Archive for 2017

Pohon Karier

A. Pengertian Bimbingan Karir
Bimbingan Karir merupakan suatu proses bantuan, layanan, pendekatan, terhadap individu (siswa) agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya atau Bimbingan Karir adalah bimbingan dalam mempersiapakan diri menghadapi dunia kerja dalam memilih lapangan pekerjaan atau profesi yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
B. Tujuan Bimbingan Karir
     1. memiliki pemahaman diri (kemampuan,minat, dan kepribadian) yang tekait dengan dunia karir            (pekerjaan) 
     2. memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan            kompetensi kerja
     3. dengan memberikan konseling dan pemahaman kepada siswa tentang dunia pekerjaan siswa                dapat memiliki sikap yang positif tehadapa dunia pekerjaan
     4. memahami kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian          atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya di masa depan.
C. Fungsi Bimbingan Karir di sekolah adalah:
     1. memberikan kemantapan pilihan jurusan kepada siswa
     2. memberikan bekal kepada siswa yang tidak melanjutkan sekolahuntuk dapat siap kerja sesuai             dengan keinginannya
     
 POHON KARIR 
       Membuat Pohon karir membantu siswa untuk menuliskan cita-citanya di masa depan dengan              menuliskan cita-citanya seorang siswa mempunyai gambaran terhadap dirinya sendiri ingin                menjadi profesi apa nanti ke depannya.
                  Contoh Pohon Karir


Pohon Karier

Posted by : Unknown 1 Comment



A.    Pengertian Papan Bimbingan
Papan bimbingan merupakan salah satu media efektif bagi perubahan perilaku siswa.[1] Papan bimbingan adalah papan yang khusus digunakan untuk mempertunjukan materi-materi bimbingan dan konseling yang berisi artikel,gambar, bagan,poster, dan objek dalam bentuk tiga dimensi. Pada umumnya papan bimbingan terbuat dari styrofoam.
Agar siswa tertarik melihat papan bimbingan, maka perlu dikemas dengan tampilan yang sesuai dengan selera siswa. Papan bimbingan yang selalu dibaca siswa menjadi akan media yang efektif untuk mengubah perilaku siswa. Media papan bimbingan juga dapat membantu guru BK yang tidak masuk kelas, melalui media papan bimbingan, guru pembimbing dapat menyampaikan pesan kepada siswa tanpa harus bertemu langsung. Media papan bimbingan ini menjadi solusi unuk mengatasi kekurangan jam BK masuk kelas.
Papan bimbingan dibuat oleh guru maupun siswa. Melalui papan bimbingan, guru BK dan siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di sekitar hingga menjadi karya yang dapat dinikmati oelh banyak siswa sekaligus sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan bimbingan dan konseling.akan labih baik lagi jika papan bimbingan dibuat dalam jangka waktu tertentu dan ditentukan dengan tema dan nomor edisi.



B.     Kelebihan dan Kekurangan Papan Bimbingan
Kelebihan papan bimbingan adalag sebagai berikut:[2]
a.       Tempat untuk memajang leaflet, gambar,poster, dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan minat siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling, serta meningkatkan minat baca siswa.
b.      Dapat Dimanfaatkan oleh seluruh siswa
Kelemahan papan bimbingan adalah sebagai berikut :
a.       Membutuhkan keterlampilan dalam pembuatannya
b.      Penyajian pesan hanya unsur visual saja (yang dapat dilihat).

C.     Cara Pembuatan Papan Bimbingan dan Konseling
1.      Papan bimbingan hampir sama dengan board biasa baik blackboard maupun whiteboard baik dari sisi bentuk maupun ukurannya. Yang membedakannya adalah bahan pada permukaan atasnya. Pada papan bimbingantidak perlu dengan bahan yang dapat ditulisi dengan kapur atau spidol whiteboard. Namaun dapat berupa papan yang di chat dengan warna yang sesuai, dilapisi bahan flannel atau karpet atay Styrofoam. Bahan  papan bimbingan dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli yang sudah jadi dengan ukuran yang standar.
2.      Untuk lebih menarik, perlu di cat dengan warna-warni, dan pada bagian pinggirnya diberi bingkai yang sesuai supaya kelihatan rapih. Untuk menjaga keamanan karya yang dipajang, kalau perlu dipasang juga kaca yang disertai dengan kunci pengaman.
3.      Berilah judul yang menarik dengan warna yang mencolok dan ukuran yang besar sehingga terlihat dengan jelas. Judul yang dimaksud adalah judul papan bimbingan misalnya “dunia karir”’ “media ceria”, dll.
4.      Kumpulkanlah bahan-bahan berupa gambar, kartun, objek, buku,poster, dll. Siapkan juga alat-alat untuk menempelkannya seperti lem, paku payung, gunting, cat warna.
5.      Gunakan gradasi warna yang padu pada, serta permainan kecahayaan sehingga menampilkan kesan “berbeda” sehingga menarik siswa untuk melihat.
6.      Gunakan penyajian dengan bahasa ” anak”, bukan bahasa guru maupun formal. Materinya disispkan dengan bahasa anak agar lebih efektif untuk diserap anak.
7.      Layout dan desain pada papan bimbingan dapat mengunakan tekhnik “dummy”, yaitu tekhnik meletakan gambar agar seimbang, tidak berat kanan, maupun kiri. Jadi apabila meletakan gambar usahakan bila kanan nada gambar kiri juga harus mengimbangi diberi gambar. Kalau setting gambarnya berat sebelah, maka mata akan terlihat berat membaca.
8.      Perhatikan juga teknik-teknik pembuatan media, pewarnaa, ilustrasi, desain, isi, dan keefektifan audiensi.
9.      Gantilah secara berkala papan bimbingan ini dengan topik yang berbeda-beda.
Tempelkan apapn bimbingan sesuai dengan fungsinya, jelas terlihat dari berbagai arah. Dapat ditempelkan di depan kelas, dikantor, atau dijalan keluar masuk ruangan atau koridor. Supaya terlihat terang, tempatkan disekitarnya banyak cahaya matahari atau menggunakan lampu sorot.
D.    Manfaat papan Bimbingan dan Konseling
Terdapat beberapa manfaat dalam papapn bimbingan dan konseling sebagai berikut :[3]
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu,tenaga, dan daya indra.
3.      Menimbulkan gairah siswa, intreraksi lebih langsung antara siswa dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK).
4.      Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik.
5.      Kualitas layan bimbingan dan konseling dapt ditingkatkan.
6.      Meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap materi layanan bimbingan dan konseling.
7.      Dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman peserta didik.
8.      Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
9.      Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajaR.

E.     Foto-foto Pembuatan Papan Bimbingan







Nama Kelompok
1. Refi wisnu pradana
2. Listy anissa zahra
3. Neni nopitasari
4. Dwiyanti
5 Siti salsa nabilah
6 Stince tin indriani astuti
7 Eka farulia ulfa
8 Anggi pratiwi











[1] Mochamad Nursalim,2013.Pengemabangan Media Bimbingan dan Konseling,Indeks:Jakarta,hlm. 70
[2] Ibid,hlm.71
[3] Imansetiawanbka.blogspot,com/2015/04/papan-bimbingan-oelh-imam-setiawan-ni.html?m=1 diunduh pada 27 Maret 2017 pukul 13.12

Papan Bimbingan

Posted by : Unknown 0 Comments


A.    Berakhirnya Demokrasi Parlementer dan Dekrit Presiden Tahun 1959

Menurut Budiarjo, Miriam :

Karakteristik periode ini berupa suatu seri krisis kabinet yang tiada henti-hentinya, sehingga sering disebut dengan An Interrupted Series Of Crises. Pada umumnya yang disalahkan adalah partai politik. Salah satu sebab adalah kenyataan bahwa dua partai yang bersaing tidak dapat memperoleh mayoritas di parlemen. Untuk keperluan itu setiap partai baru membentuk koalisi-koalisi dengan partai-partai kecil. Akan tetapi tidak ada loyalitas pada koalisi. Beberapa kali suatu partai yang menyatakan tidak setuju dengan kebijakan kabinet menarik kembali dukungannya, sehingga kabinet jatuh karena kehilangan mayoritas dalam parlemen dan terjadi krisis kabinet. Selain itu ada sejumlah persoalan dalam partai masing-masing. Salah satu persoalan tersebut adalah loyalitas anggota terhadap partainya ternyata sangat tipis. Tokoh-tokoh partai tidak segan-segan keluar dari partai induknya begitu timbul konflik pribadi dan mendirikan partai baru.[1]
Menurut Erwien Kusuma dan Khairul :

Dalam pidatonya Soekarno dihadapan sidang konstituante 22 april 1959, yang berjudul Res Publica, Sekali Lagi Res Publica”, Presiden Soekarno atas nama pemerintah meminta supaya konstituante menetapkan UUD 1945 menjadi UUD negara Republik Indonesia yang tetap[2].

Menurut A. Dahana :

Yang menjadi masalah krusial adalah dasar negara. Kelompok Islam mengajukan usul amandemen dengan mengembalikan tujuh kata sebagaimana yang tercantum dalam Piagam Jakarta, tentang syariat Islam. Sekalipun telah diadakan pemungutan suara sebnayak tiga kali, sidang tidak pernah mencapai dua pertiga suara setuju seperti yang ditetapkan undang-undang dasar sementara (UUDS)  1950 dalam pasal 37.[3]
Dengan kegagalan pemungutan suara, berarti permintaan presiden Soekarno tidak terpenuhi, karena perbedaan pendapat prinsipiil mengenai dasar negara. Sementara itu konflik politik antara partai meningkat panas yang melibatkan masyarakat. Untuk mencegah akses-akses politik sebagai akibat ditolaknya usul pemerintah oleh konstituante, kepala staf angkatan darat (KSAD) selaku pengausa perang pusat (PEPERPU) Letnan Jenderal A.H Nasution, atas nama pemerintah mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik, yang berlaku mulai tanggal 3 juni 1959. Presiden Soekarno didukung TNI muncul sebagai kekutan politik baru. Kekuatan ini mulai melakukan pembaharuan tatanan politik untuk mengatasi krisis politik akibat pergolakan daerah-daerah dan kenyataan bahwa peranan dan posisi partai-partai politik semakin melemah.
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 didukung oleh TNI, dua partai politik besar (PNI dan PKI), dan Mahkamah Agung. Dengan Dekrit Presiden, konsep  Demokrasi Terpimpin yang dirumuskan Presiden Soekarno pada tahun 1957 direalisasikan melalui pemberlakuan Staatsnoodrecht, hukum keselamatan negara dalam keadaan bahaya yang luar biasa. Langkah politik ini terpaksa dilakukan karena keadaan ketatanegaraan serta krisis politik dan militer telah membahayakan persatuan dan kesatuan negara.

Menurut Ubaedelah A dan Abdul Razak :

Faktor-faktor disintegratif, ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam Majelis Konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar Negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, yang menegaskan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir, digantikan oleh Demokrasi Terpimpinn. (Guided Democracy) yang memosisikan Presiden Soekarno menjadi pusat kekuasaan Negara.[4]

B.                 Nasakom

Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto :

Perbedaan Ideologi dari partai-partai yang berkembang masa Demokrasi Parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada Demokrasi Terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan ajaran Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa. Bagi presiden Nasakom merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden.[5]
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela Nasakom. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi Komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden Soekarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
Disaat TNI melakukan pembebasan, pada 15 januari 1962 terjadi peristiwa Aru (dilaut Arafuru). Pada peristiwa itu gugurlah Deputi Kasal Komando Yos Sudarso dan kapten Wiranto sebagai komandan kapal RI macan tutul.[6]

C.                Politik Luar Negeri

1.      Dibentuknya poros Jakarta-Phnom Penh-Peking merupakan bukti penyimpangan politik luar negeri yang bebas aktif. Pada masa ini berlaku politik konfrontasi dengan negara kapitalis yang dilandasi dengan Nefo dan Oldefo. Nefo merupakan kekuatan negara-negara progresif Revolusioner (termasuk Indonesia dan negara Komunis) yang antiimperialis dan antikolonialis. Sedang Oldefo merupakan kekuatan lama dari negara Kapitalis yang Neokolonialis dan Imperalis.
2.      Menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia sebab pemerintahan tidak setuju dengan pembentukan negara federasi Malaysia yang dianggap proyek neoklonialis Inggris, sehingga membahayakan Indonesia. Untuk itu pada 3 Mei 1964, presiden Soekarno mencanangkan Dwikomando Rakyat (dwikora) yang isinya perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia dan bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari nekolim Malaysia.
3.      Indonesia keluar dari PBB pada 7 Januari 1965 sebagai reaksi terpilihnya Malaysia menjadi anggota Dewan Kemanan.
4.      Hubungan Indonesia dengan Uni Soviet semakin erat karena Uni Soviet bersedia memberikan bantuan kredit pembelian senjata.[7]
.
.















[1] Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik : Jakarta,  hlm. 436
[2] Erwien Kusuma dan Khairul (ed) dalam Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante  : Jakarta, hlm. 226
[3] A. Dahana. 2012.  Indonesia Dalam Arus Sejarah; Jakarta,  hlm 361
[4] Ubaedillah, A. & Abdul Razak. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : Jakarta, hlm. 75
[5] Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 2010.  Sejarah Nasional Indonesia : Jakarta, hlm. 436
[6]  Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. Loc.Cit
[7] Ibid, hlm. 460

Berakhirnya Demokrasi Parlementer

Posted by : Unknown 0 Comments

- Copyright © Media Dalam BK - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -