Pohon Karier
Bimbingan Karir merupakan suatu proses bantuan, layanan, pendekatan,
terhadap individu (siswa) agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya atau Bimbingan Karir adalah bimbingan dalam
mempersiapakan diri menghadapi dunia kerja dalam memilih lapangan
pekerjaan atau profesi yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
B. Tujuan Bimbingan Karir
1. memiliki pemahaman diri (kemampuan,minat, dan kepribadian) yang tekait dengan dunia karir (pekerjaan)
2. memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi kerja
3. dengan memberikan konseling dan pemahaman kepada siswa tentang
dunia pekerjaan siswa dapat memiliki sikap yang positif
tehadapa dunia pekerjaan
4. memahami kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan
yang menjadi cita-cita karirnya di masa depan.
C. Fungsi Bimbingan Karir di sekolah adalah:
1. memberikan kemantapan pilihan jurusan kepada siswa
2. memberikan bekal kepada siswa yang tidak melanjutkan
sekolahuntuk dapat siap kerja sesuai dengan keinginannya
POHON KARIR
Membuat Pohon karir membantu siswa untuk menuliskan cita-citanya
di masa depan dengan menuliskan cita-citanya seorang siswa
mempunyai gambaran terhadap dirinya sendiri ingin menjadi
profesi apa nanti ke depannya.
Contoh Pohon Karir
Pohon Karier
A. Pengertian
Papan Bimbingan
Papan
bimbingan merupakan salah satu media efektif bagi perubahan perilaku siswa.[1]
Papan bimbingan adalah papan yang khusus digunakan untuk mempertunjukan
materi-materi bimbingan dan konseling yang berisi artikel,gambar, bagan,poster,
dan objek dalam bentuk tiga dimensi. Pada umumnya papan bimbingan terbuat dari
styrofoam.
Agar
siswa tertarik melihat papan bimbingan, maka perlu dikemas dengan tampilan yang
sesuai dengan selera siswa. Papan bimbingan yang selalu dibaca siswa menjadi
akan media yang efektif untuk mengubah perilaku siswa. Media papan bimbingan
juga dapat membantu guru BK yang tidak masuk kelas, melalui media papan
bimbingan, guru pembimbing dapat menyampaikan pesan kepada siswa tanpa harus
bertemu langsung. Media papan bimbingan ini menjadi solusi unuk mengatasi
kekurangan jam BK masuk kelas.
Papan
bimbingan dibuat oleh guru maupun siswa. Melalui papan bimbingan, guru BK dan
siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada di sekitar hingga menjadi karya yang dapat dinikmati oelh banyak siswa
sekaligus sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan bimbingan dan
konseling.akan labih baik lagi jika papan bimbingan dibuat dalam jangka waktu
tertentu dan ditentukan dengan tema dan nomor edisi.
B. Kelebihan
dan Kekurangan Papan Bimbingan
Kelebihan
papan bimbingan adalag sebagai berikut:[2]
a. Tempat
untuk memajang leaflet, gambar,poster, dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan minat siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling, serta
meningkatkan minat baca siswa.
b. Dapat
Dimanfaatkan oleh seluruh siswa
Kelemahan papan bimbingan adalah
sebagai berikut :
a.
Membutuhkan
keterlampilan dalam pembuatannya
b.
Penyajian pesan
hanya unsur visual saja (yang dapat dilihat).
C.
Cara Pembuatan Papan
Bimbingan dan Konseling
1.
Papan bimbingan
hampir sama dengan board biasa baik blackboard maupun whiteboard baik dari sisi
bentuk maupun ukurannya. Yang membedakannya adalah bahan pada permukaan
atasnya. Pada papan bimbingantidak perlu dengan bahan yang dapat ditulisi
dengan kapur atau spidol whiteboard. Namaun dapat berupa papan yang di chat
dengan warna yang sesuai, dilapisi bahan flannel atau karpet atay Styrofoam.
Bahan papan bimbingan dapat dibuat
sendiri atau dapat dibeli yang sudah jadi dengan ukuran yang standar.
2.
Untuk lebih
menarik, perlu di cat dengan warna-warni, dan pada bagian pinggirnya diberi
bingkai yang sesuai supaya kelihatan rapih. Untuk menjaga keamanan karya yang
dipajang, kalau perlu dipasang juga kaca yang disertai dengan kunci pengaman.
3.
Berilah judul
yang menarik dengan warna yang mencolok dan ukuran yang besar sehingga terlihat
dengan jelas. Judul yang dimaksud adalah judul papan bimbingan misalnya “dunia
karir”’ “media ceria”, dll.
4.
Kumpulkanlah
bahan-bahan berupa gambar, kartun, objek, buku,poster, dll. Siapkan juga
alat-alat untuk menempelkannya seperti lem, paku payung, gunting, cat warna.
5.
Gunakan gradasi
warna yang padu pada, serta permainan kecahayaan sehingga menampilkan kesan
“berbeda” sehingga menarik siswa untuk melihat.
6.
Gunakan
penyajian dengan bahasa ” anak”, bukan bahasa guru maupun formal. Materinya
disispkan dengan bahasa anak agar lebih efektif untuk diserap anak.
7.
Layout
dan desain pada papan bimbingan dapat mengunakan tekhnik “dummy”, yaitu tekhnik meletakan gambar agar seimbang, tidak berat
kanan, maupun kiri. Jadi apabila meletakan gambar usahakan bila kanan nada
gambar kiri juga harus mengimbangi diberi gambar. Kalau setting gambarnya berat
sebelah, maka mata akan terlihat berat membaca.
8.
Perhatikan juga
teknik-teknik pembuatan media, pewarnaa, ilustrasi, desain, isi, dan
keefektifan audiensi.
9.
Gantilah secara
berkala papan bimbingan ini dengan topik yang berbeda-beda.
Tempelkan apapn
bimbingan sesuai dengan fungsinya, jelas terlihat dari berbagai arah. Dapat
ditempelkan di depan kelas, dikantor, atau dijalan keluar masuk ruangan atau
koridor. Supaya terlihat terang, tempatkan disekitarnya banyak cahaya matahari
atau menggunakan lampu sorot.
D.
Manfaat papan
Bimbingan dan Konseling
Terdapat
beberapa manfaat dalam papapn bimbingan dan konseling sebagai berikut :[3]
1.
Memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu,tenaga, dan daya indra.
3.
Menimbulkan
gairah siswa, intreraksi lebih langsung antara siswa dengan guru bimbingan dan
konseling (guru BK).
4.
Proses layanan
bimbingan dan konseling dapat lebih menarik.
5.
Kualitas layan
bimbingan dan konseling dapt ditingkatkan.
6.
Meningkatkan
sikap positif peserta didik terhadap materi layanan bimbingan dan konseling.
7.
Dapat mengatasi
berbagai keterbatasan pengalaman peserta didik.
8.
Dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru.
9.
Dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajaR.
E. Foto-foto Pembuatan Papan Bimbingan
Nama Kelompok
1. Refi wisnu pradana
2. Listy anissa zahra
3. Neni nopitasari
4. Dwiyanti
5 Siti salsa nabilah
6 Stince tin indriani astuti
7 Eka farulia ulfa
8 Anggi pratiwi
[3] Imansetiawanbka.blogspot,com/2015/04/papan-bimbingan-oelh-imam-setiawan-ni.html?m=1
diunduh pada 27 Maret 2017 pukul 13.12
Papan Bimbingan
A. Berakhirnya
Demokrasi Parlementer dan Dekrit Presiden Tahun
1959
Menurut Budiarjo, Miriam :
Karakteristik
periode ini berupa suatu seri krisis kabinet yang tiada henti-hentinya,
sehingga sering disebut dengan An
Interrupted Series Of Crises. Pada umumnya yang disalahkan adalah partai
politik. Salah satu sebab adalah kenyataan bahwa dua partai yang bersaing tidak
dapat memperoleh mayoritas di parlemen. Untuk keperluan itu setiap partai baru
membentuk koalisi-koalisi dengan partai-partai kecil. Akan tetapi tidak ada
loyalitas pada koalisi. Beberapa kali suatu partai yang menyatakan tidak setuju
dengan kebijakan kabinet menarik kembali dukungannya, sehingga kabinet jatuh
karena kehilangan mayoritas dalam parlemen dan terjadi krisis kabinet. Selain
itu ada sejumlah persoalan dalam partai masing-masing. Salah satu persoalan
tersebut adalah loyalitas anggota terhadap partainya ternyata sangat tipis.
Tokoh-tokoh partai tidak segan-segan keluar dari partai induknya begitu timbul
konflik pribadi dan mendirikan partai baru.[1]
Menurut Erwien Kusuma dan Khairul :
Dalam pidatonya Soekarno
dihadapan sidang konstituante 22 april 1959, yang berjudul ”Res Publica, Sekali Lagi Res Publica”,
Presiden Soekarno atas nama pemerintah meminta supaya konstituante menetapkan UUD
1945 menjadi UUD negara Republik Indonesia
yang tetap[2].
Menurut A.
Dahana :
Yang menjadi masalah krusial
adalah dasar negara. Kelompok Islam mengajukan usul amandemen dengan
mengembalikan tujuh kata sebagaimana yang tercantum dalam Piagam Jakarta,
tentang syariat Islam. Sekalipun telah diadakan pemungutan suara sebnayak tiga
kali, sidang tidak pernah mencapai dua pertiga suara setuju seperti yang
ditetapkan undang-undang dasar sementara (UUDS)
1950 dalam pasal 37.[3]
Dengan kegagalan pemungutan suara,
berarti permintaan presiden Soekarno tidak terpenuhi, karena perbedaan pendapat
prinsipiil mengenai dasar negara. Sementara itu konflik politik antara partai
meningkat panas yang melibatkan masyarakat. Untuk mencegah akses-akses politik
sebagai akibat ditolaknya usul pemerintah oleh konstituante, kepala staf
angkatan darat (KSAD) selaku pengausa perang pusat (PEPERPU) Letnan Jenderal A.H
Nasution, atas nama pemerintah mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan
politik, yang berlaku mulai tanggal 3 juni 1959. Presiden Soekarno didukung TNI
muncul sebagai kekutan politik baru. Kekuatan ini mulai melakukan pembaharuan
tatanan politik untuk mengatasi krisis politik akibat pergolakan daerah-daerah
dan kenyataan bahwa peranan dan posisi partai-partai politik semakin melemah.
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959 didukung oleh TNI, dua partai politik besar (PNI dan PKI), dan Mahkamah
Agung. Dengan Dekrit Presiden, konsep
Demokrasi Terpimpin yang dirumuskan Presiden Soekarno pada tahun 1957
direalisasikan melalui pemberlakuan Staatsnoodrecht,
hukum keselamatan negara dalam keadaan bahaya yang luar biasa. Langkah politik
ini terpaksa dilakukan karena keadaan ketatanegaraan serta krisis politik dan
militer telah membahayakan persatuan dan kesatuan negara.
Menurut
Ubaedelah A dan Abdul Razak :
Faktor-faktor
disintegratif, ditambah dengan kegagalan partai-partai dalam Majelis
Konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar Negara untuk undang-undang
dasar baru, mendorong Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Presiden pada
5 Juli 1959, yang menegaskan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian, masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir,
digantikan oleh Demokrasi Terpimpinn. (Guided
Democracy) yang memosisikan Presiden Soekarno menjadi pusat kekuasaan
Negara.[4]
B.
Nasakom
Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto :
Perbedaan Ideologi
dari partai-partai yang berkembang masa Demokrasi Parlementer menimbulkan
perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdampak
pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada Demokrasi Terpimpin pemerintah
mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan menyampaikan ajaran Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa. Bagi presiden Nasakom merupakan
cerminan paham berbagai golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa ajaran
Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama
saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan presiden sebab jika menolak
Nasakom sama saja dengan menolak presiden.[5]
Kelompok yang
kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan ABRI. Upaya
penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa PKI
merupakan barisan terdepan pembela Nasakom. Keterlibatan PKI tersebut
menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan
bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi Komunis.
Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden
Soekarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
Disaat TNI melakukan pembebasan,
pada 15 januari 1962 terjadi peristiwa Aru (dilaut Arafuru). Pada peristiwa itu
gugurlah Deputi Kasal Komando Yos Sudarso dan kapten Wiranto sebagai komandan
kapal RI macan tutul.[6]
C.
Politik Luar Negeri
1.
Dibentuknya poros
Jakarta-Phnom Penh-Peking merupakan bukti penyimpangan politik luar negeri yang
bebas aktif. Pada masa ini berlaku politik konfrontasi dengan negara kapitalis
yang dilandasi dengan Nefo dan Oldefo. Nefo merupakan kekuatan negara-negara
progresif Revolusioner (termasuk Indonesia dan negara Komunis) yang
antiimperialis dan antikolonialis. Sedang Oldefo merupakan kekuatan lama dari
negara Kapitalis yang Neokolonialis dan Imperalis.
2.
Menjalankan
politik konfrontasi dengan Malaysia sebab pemerintahan tidak setuju dengan
pembentukan negara federasi Malaysia yang dianggap proyek neoklonialis Inggris,
sehingga membahayakan Indonesia. Untuk itu pada 3 Mei 1964, presiden Soekarno
mencanangkan Dwikomando Rakyat (dwikora) yang isinya perhebat Ketahanan
Revolusi Indonesia dan bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri
dari nekolim Malaysia.
3.
Indonesia
keluar dari PBB pada 7 Januari 1965 sebagai reaksi terpilihnya Malaysia menjadi
anggota Dewan Kemanan.
4.
Hubungan
Indonesia dengan Uni Soviet semakin erat karena Uni Soviet bersedia memberikan
bantuan kredit pembelian senjata.[7]
.
.
[2] Erwien Kusuma dan
Khairul (ed) dalam Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam
Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante : Jakarta, hlm. 226
[4] Ubaedillah, A. &
Abdul Razak. 2012. Pancasila, Demokrasi,
HAM, dan Masyarakat Madani : Jakarta, hlm. 75
[5] Marwati Djoened
Poesponegoro
& Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia : Jakarta, hlm. 436